Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Sabtu, 13 Agustus 2016

TEORI-TEORI PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA

Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang terus berkembang dari berbagai teori yang menjelaskannya. Alam semesta ini terdiri darai unsur biotik dan abiotik serta berbagai peristiwa alam yang dapat diketahui oleh manusia maupun yang tidak dapat diketahui oleh manusia. Berbagai teori yang menjelaskan proses terbentuknya alam semesta, antara lain:
1.       Teori Keadaan Tetap (Steady State)
Teori keadaan tetap dikemukakan oleh ilmuan yang berasal dari Universitas Cambridge pada tahun 1948 yaitu Fred Hoyle, Hermann Bondi, dan Thomas Gold. Teori ini tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad ke-19 yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa batas. Menurut teori ini, alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada atau degan kata lain alam semesta statis atau tetap yaitu tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Ketika alam semesta mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam semesta dalam “keadaan stabil”. Setiap saat ada materi yang dilahirkan dan ada yang lenyap. Materi-materi tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Materi yang dilahirkan lebih besar dari yang lenyap, sehingga mengakibatkan jumlah materi semakin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini akan mencapai titik batas kritis pada 10 milyar tahun lagi. Dalam waktu 10 milyar tahun, akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini 90% materi alam semesta adalah hidrogen dan hidrogenin, kemudian akan terbetuk helium dan zat-zat lainnya. Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun mereka menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika ditemukan radiasi latar belakang kosmik.
2.       Teori Osilasi
Teori Osilasi hampir sama dengan teori Teori Keadaan Tetap, yaitu memandag kejadian alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir. Tetapi, Teori Osilasi mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu saat gravitasi menyedot kembali sehingga alam semesta akan mengempis dan pada akhirnya akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperatur yang tinggi dan akan terjadi dentuman yang besar kembali. Setelah big bang kedua terjadi, dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu saat akan mengempis dan meledak untuk ketiga kalinya, dan seterusnya.
3.       Teori Big Bang (Ledakan Besar)
Teori Big Bang merupakan teori mutakhir tetang penciptaan alam semesta. Teori Big Bang diperkenalkan oleh seorang astronomi Belgia yang berama Abbe Georges Lemaitre pada tahun 1927.
Meurut Abbe Georges Lemaitre, alam semesta ini bermula dari gumpalan atom super raksasa yang isinya tidak bisa dibayagkan dan memiliki suhu kurang lebih 1 triliun derajat Celsius. Gumpalan atom tersebut meledak sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Hasil sisa dentuman tersebut menyebar menjadi debu dan awan hidrogen. Setelah berumur ratusan juta tahun, debu dan awan hidrogen tersebut membentuk bintang-bintang dalam ukuran yang berbeda-beda. Kemudian berpusat membentuk kelompoknya masing-masing yang kita sebut dengan galaksi.
Persamaan yang mendeskripsikan Teori Big Bang dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaitre pada tahun 1927. Pegamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bitang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita  yaitu semakin jauh maka semakin cepat kecepatan tampaknya. Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan di masa lalu. Gagasan ini kemudian mengarahkan kita pada suatu kondisi alam semesta yang sangat padat dan bersuhu sangat tinggi di masa lalu. Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk bereksperimen dan menguji kondisi terssebut. Hasil percobaan dari pemercepat partikel mengonfirmasi teori tersebut, namun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki kondisi berenergi tinggi. Tanpa adanya bukti yang diasosiasikan dengan pengembagan terawal alam semesta. Teori Big Bang tidak dapat memberikan penjelasan apapun mengenai kondisi awal tersebut. Namun, Teori Big Bang mendeskripsikan dan menjelaskan evolusi umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kekimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis Ledakan Dahsyat.

Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif “keadaan tetap” bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuan milai menerima bahwa beberapa skenario Teori Big Bang haruslah pernah terjadi.

Please Give Us Your 1 Minute In Sharing This Post!
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →
Powered By: BloggerYard.Com

0 komentar:

Posting Komentar