Alam semesta atau jagat raya adalah
suatu ruangan yang maha besar yang terus berkembang dari berbagai teori yang
menjelaskannya. Alam semesta ini terdiri darai unsur biotik dan abiotik serta
berbagai peristiwa alam yang dapat diketahui oleh manusia maupun yang tidak
dapat diketahui oleh manusia. Berbagai teori yang menjelaskan proses terbentuknya
alam semesta, antara lain:
1. Teori Keadaan Tetap (Steady State)
Teori keadaan tetap dikemukakan oleh ilmuan yang berasal dari
Universitas Cambridge pada tahun 1948 yaitu Fred Hoyle, Hermann Bondi, dan
Thomas Gold. Teori ini tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad
ke-19 yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa batas.
Menurut teori ini, alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada atau degan
kata lain alam semesta statis atau tetap yaitu tidak ada awalnya dan tidak ada
akhirnya. Ketika alam semesta mengembang, materi baru terus-menerus muncul
dengan sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam semesta dalam “keadaan
stabil”. Setiap saat ada materi yang dilahirkan dan ada yang lenyap.
Materi-materi tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan
bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Materi yang dilahirkan lebih
besar dari yang lenyap, sehingga mengakibatkan jumlah materi semakin bertambah
dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini akan mencapai titik
batas kritis pada 10 milyar tahun lagi. Dalam waktu 10 milyar tahun, akan
dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini 90% materi alam semesta adalah
hidrogen dan hidrogenin, kemudian akan terbetuk helium dan zat-zat lainnya.
Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun mereka
menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai kapanpun.
Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika ditemukan radiasi
latar belakang kosmik.
2.
Teori Osilasi
Teori Osilasi hampir sama dengan teori Teori Keadaan Tetap,
yaitu memandag kejadian alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir.
Tetapi, Teori Osilasi mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu saat
gravitasi menyedot kembali sehingga alam semesta akan mengempis dan pada
akhirnya akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperatur
yang tinggi dan akan terjadi dentuman yang besar kembali. Setelah big bang kedua terjadi, dimulai kembali
ekspansi kedua dan suatu saat akan mengempis dan meledak untuk ketiga kalinya,
dan seterusnya.
3.
Teori Big Bang (Ledakan Besar)
Teori Big Bang merupakan teori mutakhir tetang penciptaan
alam semesta. Teori Big Bang diperkenalkan oleh seorang astronomi Belgia yang
berama Abbe Georges Lemaitre pada tahun 1927.
Meurut Abbe Georges Lemaitre, alam semesta ini bermula dari
gumpalan atom super raksasa yang isinya tidak bisa dibayagkan dan memiliki suhu
kurang lebih 1 triliun derajat Celsius. Gumpalan atom tersebut meledak sekitar
15 milyar tahun yang lalu. Hasil sisa dentuman tersebut menyebar menjadi debu
dan awan hidrogen. Setelah berumur ratusan juta tahun, debu dan awan hidrogen
tersebut membentuk bintang-bintang dalam ukuran yang berbeda-beda. Kemudian
berpusat membentuk kelompoknya masing-masing yang kita sebut dengan galaksi.
Persamaan yang mendeskripsikan Teori Big Bang dirumuskan oleh
Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak
bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran
merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaitre pada tahun 1927. Pegamatan ini
dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bitang yang sangat jauh
memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita yaitu semakin jauh maka semakin cepat
kecepatan tampaknya. Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat
seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan di masa lalu.
Gagasan ini kemudian mengarahkan kita pada suatu kondisi alam semesta yang
sangat padat dan bersuhu sangat tinggi di masa lalu. Berbagai pemercepat
partikel raksasa telah dibangun untuk bereksperimen dan menguji kondisi
terssebut. Hasil percobaan dari pemercepat partikel mengonfirmasi teori
tersebut, namun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas
untuk menyelidiki kondisi berenergi tinggi. Tanpa adanya bukti yang
diasosiasikan dengan pengembagan terawal alam semesta. Teori Big Bang tidak
dapat memberikan penjelasan apapun mengenai kondisi awal tersebut. Namun, Teori
Big Bang mendeskripsikan dan menjelaskan evolusi umum alam semesta sejak
pengembangan awal tersebut. Kekimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di
seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan
melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang
diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis Ledakan Dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran
radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model
kosmologis alternatif “keadaan tetap” bermaksud menggunakan istilah ini secara
peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa
istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model
kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha
para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan
pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir.
Setelah penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964,
kebanyakan ilmuan milai menerima bahwa beberapa skenario Teori Big Bang
haruslah pernah terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar